“Renata,bangun!!!”
Aku tersentak bangun
karena ada yang mengguncangku. Aku membuka mata,setengah ngantuk,tentunya.” Apa?”aku
berhasil menguak.
Yura Akagi,dengan mata
merah gelapnya,dengan muka setengah panik (pemandangan yang sudah biasa setiap
pagi),setengah menjerit di depan mukaku,”Kita hampir telat!”
Aku hanya bisa mengatakan
“oh”ketika Yura menyeretku dan mendorongku(hampir melempar,sebenarnya) ke kamar
mandi.
Aku tersaruk-saruk ke
wastafel,lalu langsung menyiram wajahku dengan air dingin. Ah,lebih segar dan
lebih sadar. Aku nggak tau seberapa lama waktu yang aku habiskan untuk mencuci
muka,tapi gedoran keras di pintu kamar mandi membuatku terlonjak.
“RENATA!!! Cepaaaattt!”
“IYAAA! Kamu duluan saja!”
Tanpa mendengar jawaban
Yura,aku mendengar pintu kamar dibanting. Oke,dia benar-benar pergi duluan.
Aku mandi dengan
cepat(alias cuma sekedar siram-siram),lalu keluar dari kamar mandi dengan
langkah cepat dan hampir terpeleset. Aku berpakaian dengan cepat dengan seragam
yang kumodifikasi sendiri(aku tidak suka aturan seragam sekolah ku—menurutku sih
terlalu formal dan nggak asyik banget. Lengan kemeja seragamnya kupotong,lalu
aku mengenakan celana alih-alih rok sekolah). Aku keluar dari kamar asramaku
dan mulai marathon ke sekolah.
Aku hampir jatuh ketika
melihat gerbang sekolah mulai ditutup dan seseorang yang tak asing sedang
berdiri disana,ditemani dua koleganya. Yuk,kenalan dengan ketua osis robot
sekolahku,Kagami Raito.
Raito melihatku. Oh sial,tau
begini aku mutar saja lewat gerbang belakang. Raito mengangkat kacamatanya
sedikit,berusaha melihat lebih jelas. Mungkin matanya memang sudah rusak berat
sehingga kacamatanya setebal itu. Ia memberi isyarat kepada salah satu
koleganya. Sial,apa aku bolos saja? Kolega
yang diberi isyarat itu mendatangiku.” Kelas--?”
“Aku cuma orang kebetulan
lewat,”aku berusaha mengelak.
Kolega si Ketua Osis
menggeleng.” Bukan,kau Renata Ryder. Cuma kau seorang murid yang menggunting
kemeja sekolahmu sendiri.”
Aku mengernyit.” Memangnya
pihak sekolah rugi kalau aku memodifikasi seragamnya? Dan ‘menggunting’ itu
bukan kata yang tepat—”
“Yah—Kagami,aturan
keberapa yang berisi tentang peraturan seragam?“
“18,”jawab Raito enteng.
Tuh kan? Ketua Osis robot
ini seolah punya software tersendiri
di otaknya. Bayangkan,dia hafal semua aturan sekolah. Aku takkan heran jika dia
tau berapa jumlah totol yang dimiliki macan tutul.
Sementara kolega ini
berceramah panjang soal aturan sekolah,aku menatap anak yang sedang Raito
ceramahi. Seorang anak berambut kuning terang yang mengenakan jaket gaya anak
berandal